Menulis Semudah Bernafas: Belajar dari Sang Maestro

Sahabat Hermanto. Bincang dengan Pak Cah, panggilan Pak Cahyadi Takariawan, tentang menulis, mengedit dan mempublikasikan. Ketiga hal itu merupakan hal yang berbeda. Menulis itu mudah. Karena pada saat menulis Anda tidak perlu berpikir. Bernafas itu mudah atau sulit? Jawabannya adalah mudah karena Anda tidak perlu berpikir. Bernafas itu akan menjadi sulit jika Anda berpikir. Berpikir dalam satu menit itu bernafas berapa kali. Menarik nafas dan mengeluarkannya berapa kali dalam satu menit. Hal ini terjadi pada orang yang sesak nafas karena mereka harus berpikir bagaimana bisa bernafas. Menulis itu juga menjadi sulit jika Anda menggabungkan antara pekerjaan menulis dengan mengedit.

 

Menulis itu menjadi semudah bernafas jika Anda memisahkan antara pekerjaan menulis dan mengedit. Menulis itu menjadi sulit jika pada saat menulis Anda berpikir. Mengedit itu perlu berpikir. Dibandingkan dengan menulis, mengedit butuh waktu yang lama. Menjadi editor itu lebih sulit dibandingkan menjadi penulis.

 

Mengedit itu sulit karena mengedit itu perlu berpikir, ketelitian dan kehati-hatian. Sehingga waktu yang diperlukan untuk mengedit itu cukup lama.

 

Jadi, supaya perkerjaan menulis menjadi gampang, Anda harus memisahkan antara pekerjaan menulis dan mengedit.

 

Ketika Anda berpikir benarkah kosa kata yang digunakan? Apakah tulisan saya layak dibaca? Pekerjaan itu termasuk mengedit bukan menulis. Biarkan kesulitan-kesulitan itu terkumpul di bagian editing. Jadi, jika Anda menulis salah tanda baca: titik koma, biarkan saja, lewati saja. Kata-kata belum sempurna, paragraf belum jadi atau susunannya yang belum sempurna, teruskan saja menulis.

 

Kunci pertama menulis semudah bernafas itu, pisahkan antara aktivitas menulis dan mengedit. Setelah Anda tahu prinsip itu sekarang Anda latihan menulis lancar. Pak Cah menambahkan tema-tema yang bisa diambil untuk Anda menulis semudah bernafas, yaitu:

1.   Menulis kegiatan kemarin atau hari ini. Ingat dulu kegiatan apa yang Anda lakukan, kemudian tuliskan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.  Jika Anda mulai menulis malam maka tuliskan kegiatan pada hari itu. Tuangkan saja ingatan ke dalam tulisan.

2.   Tuliskan rencana Anda esok pagi.

3.   Membaca buku kemudian menuliskannya. Tidak perlu satu buku bisa satu bagian tertentu saja. Bisa diringkas atau ditulis dengan bahasa Anda.

4.   Baca satu artikel kemudian tulis ulang artikel tersebut.  Bacalah kemudian pahami dan ditulis ulang dalam bahasa Anda.

5.   Ikuti suatu forum kemudian tuliskan. Jika anda ikut pengajian, diskusi di kantor atau seminar, tuliskan isi materi apa yang Anda didapatkan.

6.   Anda dengar cerita kemudian tuliskan isi cerita itu. Mintalah istri, suami atau anak Anda untuk bercerita, dengarkan dan tuliskan isi cerita yang Anda dengar.

7.   Tonton film kemudian tuliskan inti cerita dari film itu.

8.   Tuliskan riwayat hidup Anda atau keluarga.

Ceritakan tentang riwayat hidup Anda atau kalau Anda seorang ibu, bisa juga menceritakan riwayat anak Anda. Menceritakan perjalanan hidup orang seAndar Anda sehingga mudah bagi Anda untuk diceritakan.

9.   Kisah pertemuan Anda dengan pasangan jika Anda sudah menikah. Tulislah pengalaman pertama Anda yang berkesan. Atau bagi Anda yang belum menikah tuliskan pengalaman Anda yang berkesan. Karena pengalaman yang berkesan itu biasanya akan tetap diingat dan sulit dilupakan. Sehingga Anda mudah untuk mengembalikan lagi ingatan Anda.

10. Tuliskan kesulitan kesulitan Anda dalam menulis.

 

Jika Anda tetap tidak bisa menulis, ada tips dari Pak Cah yaitu BRT (Baca Rekam Transkrip). Bicaralah, rekamlah kemudian transkrip. Apakah cara ini bagus? Jangan bicara bagus tidaknya karena konteksnya Anda bicara menulis. Agar Anda mampu menulis cepat, tanpa berfikir dan menulis semudah bernafas.

 

Itu tips yang disampaikan Pak Cah agar membaca itu semudah bernafas. Semoga Anda ini menjadikan

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menulis Semudah Bernafas: Belajar dari Sang Maestro"

Posting Komentar