Daun Ungu Graptophyllum pictum (L.) Griff. Acanthaceae

Daun Ungu

Graptophyllum pictum ( L. ) Griff. Acanthaceae

 

 

Sinonim

Graptophyllum hortennse Nees., Justicia picta Linn.

 

 

Nama daerah

Sumatera: pudin (Simalur), dangora, daun putri, puding, puding peraha (Melayu); Jawa: daun ungu, daun temen-temen, handeuleum (Sunda), demung, tulak, wungu (Jawa Tengah), karotan, karotong (Madura); Bali: temen; Maluku: kabi-kabi (Ternate), dongo-dongo (Tidore), daun putri (Ambon).

 

 

 Nama asing

 Carricature plant (Inggris)

 

 

 

 

 

Pertelaan

Perawakan semak tegak atau perdu, tidak berambut, tinggi dapat mencapai 3 m, cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan berbuku-buku nyata. Daun tunggal, letak daun bersilang berhadapan, helaian daun bulat memanjang atau lanset, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, pangkal berbentuk segitiga terbalik (pasak), ujung meruncing, tepi bergelombang, warna ungu kehijauan, ungu berbercak hijau, ungu berbercak putih atau hijau, panjang tangkai daun panjang 0,5-1 cm. Perbungaan berupa majemuk malai (mayang), panjang malai 3-12 cm, di ketiak daun atau di ujung cabang atau batang, mempunyai daun pelindung, tangkai bunga 0,5-0,75 cm, panjang rata-rata kelopak bunga 3 mm, mahkota bunga warna merah tua, tabung mahkota pipih kedua sisi (bilateral), panjang 2-3 cm, mahkota berbibir. Benang sari bagian belakang kecil, fertil. Buah berbentuk kapsul, di Jawa buah ini tidak berkembang dengan sempurna.

 

 

 


 

 

Keanekaragaman

Tanaman ini memiliki tiga varietas, yaitu berdaun ungu, berdaun hijau, dan berdaun hijau belang-belang putih. Yang digunakan adalah jenis yang berdaun ungu, yaitu Graptophyllum pictum (L) Griff. var. Iuridosanguineum (Sims). Saat ini juga diketahui ada varietas lain atas hasil persilangan, yaitu ungu belang-belang putih.

 

 

 

Ekologi dan penyebaran

Tanaman ini berasal dari pulau Irian dan tumbuh di dataran rendah sampai di pegunungan dengan ketinggian tempat tumbuh 1250 m dpl. Sering ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau di ladang produktif.

 

 

Budidaya

Tanaman daun ungu dapat dikembangbiakkan dengan stek batang yang dapat ditanam langsung di kebun pada tanah yang terolah. Jarak tanam di pesemaian panjang dan lebar 20x30 cm. Waktu tanam sebaiknya pada awal musim hujan, pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiangan, pemupukan, pembunuhan hama, dan perbaikan drainase. Panen daun dilakukan enam bulan setelah ditanam di kebun dengan jalan pemangkasan pohon. Kandungan senyawa aktif (golongan flavonoid) lebih optimal jika tanaman ini dibudayakan pada lahan terbuka, sedangkan kendala yang sering dijumpai dalam budidaya, terkait dengan hama tanaman, sehingga berpotensi menurunkan produksi daun ungu. Dari hasil pengamatan di rumah kaca, beberapa jenis hama yang menyerang daun ungu diantaranya Trips sp, Coccus sp, Pseudococcus lilacinus, Doleschalia polibette, dan Valanga spl). Adapun hama utama yang menyerang daun ungu berupa ulat Doleschalia polibette Cramer (Lepidoptera, Nympalidae). Ulat tersebut dapat memakan habis daun ungu mulai daun yang masih muda sampai yang tua sehingga menjadikan tanaman gundul . Lama hidup ulat tersebut (mulai larva sampai imago) sekitar 35 hari, seekor ulat selama hidupnya mampu menghabiskan 6-8 lembar daun. Untuk mengatasi ulat tersebut dapat dilakukan penyemprotan dengan intekstisida nabati, yakni ekstrak daun mimba (3000 ppm) dengan dosis 25 mL/L dilanjutkan dengan piretrum (17900 ppm) dosis 5 mL/L. Bisa juga dengan Bacillus thuringiensis (1 g formulasi/L air) dapat memberikan mortalitas ulat cukup tinggi. Hasil panen daun ungu segera dilakukan penanganan pascapanen, meliputi sortasi, pencucian, pengeringan, pengepakan, dan penyimpanan.

 

 

Bagian tanaman yang digunakan

Daun

 

 

Kandungan kimia

Alkaloid non toksik, glikosid steroid, saponin, lendir, tanin galat, antosianin, leukoantosi-anin, asam protokatekuat, dan flavonoid (berupa 4,5,7-trihidroksi flavonol; 4,4-dihidroksi flavon; 3,4,7-trihidroksi flavon dan luteolin-7-glukosida). Senyawa aktif lain berupa asam-asam fenolat, yaitu asam protokatekuat, asam p-hidroksi benzoat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam vanilat, asam siringat, dan asam ferulat juga mengandung senyawa golongan saponin, tanin, dan senyawa serupa alkaloid. 

 

 


 

 

Penggunaan

Digunakan untuk mengatasi gejala wasir atau hemoroid, bengkak, dan sembelit.

 

 

Efek farmakologi

 

Antiinflamasi

Dilaporkan oleh Ozaki et al. (1989) bahwa penggunaan ekstrak etanol daun ungu kemudian difraksinasi dengan beberapa jenis pelarut organik. Ekstrak dan fraksi fraksi tersebut kemudian diberikan per oral pada tikus terinduksi karagenin dan asam asetat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik tertinggi diikuti fraksi larut air, butanol, dan metanol.

 

 

Laksansia dan kontraksi otot polos

Konfirmasi penggunaan daun ungu sebagai laksansia dilakukan dengan penelitian menggunakan lima kelompok tikus, kelompok A diberi NaCl fisiologis 1 mL/100 g bb (kontrol), kelompok B diberi Oleum Ricini 1 mL/100 g bb, sedangkan 3 kelompok perlakuan diberi infusa daun ungu secara per oral masing-masing dengan dosis 16,6, 166 dan 498 mg/100 g bb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun ungu dapat digunakan sebagai laksan dengan parameter frekuensi, konsistensi defekasi, dan massa feses. Penelitian sejenis telah dilakukan pada usus polos kelinci dengan metoda Magnus. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun ungu kadar 1,56-100% berefek laksansia ringan dengan menaikkan amplitudo kontraksi otot polos jejenum kelinci terpisah. Kadar 1,56; 3,125; 6,25; 12,5; 25 dan 100% mampu menaikkan amplitudo berturut turut sebesar 25,83; 84,80; 64,56; 30,78; 28,13; 26,40 dan 27,90%. 

 

Wasir

Penelitian tentang efek pemberian beberapa sediaan daun ungu terhadap tukak pada membran mukosa anorektum tikus betina telah dilakukan oleh Wiryowidagdo dkk. (1998). Tukak anorektum dibuat dengan menyuntikkan 0,05 mL asam asetat 10% pada daerah sekitar 5 mm dari tepi luar anus secara submukosal. Sediaan yang digunakan meliputi ekstrak metanol, infusa, dan perasan daun ungu dengan dosis setara dengan pemberian per oral, diberikan sekali sehari selama lima hari percobaan . Pada akhir percobaan , tikus dibedah , pada bagian anus diamati terbentuknya benjolan tukak. Hasil penelitian menunjukkan sediaan uji memiliki aktivitas menurunkan massa benjolan; aktivitas tertinggi pada ekstrak metanol, diikuti infusa, dan perasan, berturut-turut sebesar 3,70; 47,48; dan 61,73%. Analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dan uji Duncan menunjukkan bahwa perbedaan tingkat penyembuhan dari ketiga sediaan uji sangat signifikan dibandingkan kelompok kontrol.

 

 

Diuretik

Penelitian tentang pengaruh infusa daun ungu terhadap efek diuretik telah dilakukan menurut metoda Taylor dan Topliss pada tikus putih. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok; kelompok perlakuan diberikan infusa daun ungu setara dengan serbuk 12 , 120 , dan 360 mg/100 g bb; kelompok kontrol diberikan air suling ; dan kelompok kontrol positif diberikan hidroklorotiazid dosis 0,04 mg/100 g bb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun ungu memiliki efek diuretik yang secara statistik tidak berbeda dengan hidroklorotiazid 0,04 mg/100 g bb.

 

 

Antioksidan

Penelitian efek antiradikal bebas daun ungu dilakukan dengan metode spektroskopi menggunakan senyawa difenilpikrilhidralzil (DPPH). Aktivitas antiradikal bebas ditunjukkan dengan tingkat peredaman absorbansi DPPH. Sediaan daun ungu yang digunakan berupa ekstrak heksan, diklorometan, metanol, dan air. Pengujian dilakukan terhadap 100 ul yang ditambahkan larutan DPPH 0,004 % dalam etanol hingga 4 ml (bahan uji setara 2,5 mg simplisia/mL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak heksan tidak memiliki aktivitas antiradikal bebas. Ekstrak air mempunyai aktivitas antiradikal terbesar dengan tingkat peredaman total (100%); diikuti ekstrak diklorometan dan metanol berturut-turut sebesar 40,21 dan 44,83% (pada pengukuran 60 menit menjadi 49,17 dan 58,18%).

 

 

Indikasi

Antihemoroid, antipiretik, blood tonic, agen detoksifikasi hati, penambah stamina, antitukak, dan antiradang.

 

 

Kontra indikasi

Daun ungu sebaiknya tidak dikonsumsi oleh penderita diabetes. Winarsi dkk. (1997), meneliti efek serbuk daun ungu 10,20 dan 40% sebagai tambahan pakan tikus selama 10 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk daun ungu dapat menaikkan kadar glukosa darah tikus secara signifikan, berturut-turut sebesar 25, 33,9 dan 56,7%. Selain itu, juga memberikan pengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan tikus. 

 

 

Peringatan

Wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi daun ungu. Efek oxytocic dan aktivitas anti-implantasi daun ungu telah diteliti oleh Olagbende et al. (2009), menggunakan ekstrak air asam (pH 4.2) dan ekstrak etanol 70 % yang telah dipartisi dengan n-hexana. Skrining oxytocic uterus tikus in vitro ekstrak air dan etanol masing masing dengan konsentrasi 25-80 mg/mL dan oxytocin 0,1-10 IU/mL menunjukkan ekstrak air memberikan efek menekan kontraksi uterus normal; sedangkan ekstrak etanol memperlihatkan efek agonis dengan oxytocin. Ekstrak etanol memberikan peningkatan kontraksi yang kuat dan progresif melebihi konsentrasi awal oxytocin. Setelah konsentrasi tersebut, terjadi penurunan kontraksi. Hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya perubahan metabolik struktur senyawa utama dalam ekstrak etanol, yaitu glikosida, yang mudah terhidrolisis. 

 

Aktivitas anti-implantasi in vivo ekstrak air dan ekstrak etanol konsentrasi 400 mg/kg diberikan sekali sehari pada tikus betina galur SD pada hari pertama hingga ke tujuh kehamilan. Tikus dibedah pada hari ke sepuluh kehamilan dan dilakukan pengamatan terhadap jumlah fetus, tempat implan, implan teraborsi, dan corpora lutea. Evaluasi aktivitas anti-implantasi memberikan hasil yang mendukung uji in vitro; ekstrak etanol menunjukkan aktivitas anti-implantasi sebesar 93,85 % dan ekstrak air 16,8 % dibandingkan kontrol (3,9%). Hasil skrining fitokimia memperlihatkan adanya kesamaan kandungan senyawa dalam kedua ekstrak tersebut, kecuali satu senyawa seperti alkaloid yang berada dalam ekstrak air dan tidak terdeteksi dalam ekstrak etanol. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa daun ungu sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil. 

 

 

Efek yang tidak diinginkan

Belum terdokumentasi.

 

 

Interaksi

Belum terdokumentasi.

 

 

Toksisitas

Dalam bentuk infusa, daun ungu mempunyai nilai LD 117,3 (107,0-128,87) mg/10 g bb mencit, bahan diberikan secara intraperitoneal. Apabila harga tersebut diekstrapolasi ke tikus dan pemberian secara oral, infusa daun ungu digolongkan dalam bahan yang tidak beracun (practically non toxic). Hal ini juga diperkuat dengan percobaan toksisitas subkronik pada tikus yang menunjukkan infusa daun ungu hingga dosis 800 mg/100 g bb yang diberikan per oral setiap hari selama 6 bulan tidak menimbulkan kelainan organ.

 

 

Penyimpanan

Dalam bentuk simplisia, daun ungu memiliki masa simpan sampai 2 tahun sepanjang kondisi penyimpanan memenuhi syarat , yaitu dalam wadah kedap air , suhu ruangan penyimpanan 26°C , dan kelembaban dibawah 70%.

 

Contoh formula

 

Wasir

            R1 / Daun ungu      15 g

                    Air                  420 mL

Cara pembuatan dan penggunaan

Dibuat infusa dan diminum 2x sehari pagi dan sore.

 

             R2 / Daun ungu         15g

                     Kunyit               5g

                     Air                     420 mL

Cara pembuatan dan penggunaan

Kunyit dikupas, dicuci bersih dan diiris tipis-tipis. Dibuat infusa dan diminum 3x sehari sesudah makan selama 3 minggu berturut-turut. Hindari makan pedas, asam, dan berminyak. 

 

         R3 / Daun ungu       20g

                Temulawak       5g

                 Kunyit           5g

                Buah adas        2g

                Air              800 mL

Cara pembuatan dan penggunaan

Dibuat infusa dan diminum 3x sehari sesudah makan selama 3 minggu berturut turut.


Sumber: Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 (Edisi Revisi)

Kementerian Kesehatan RI 2012

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Daun Ungu Graptophyllum pictum (L.) Griff. Acanthaceae"

Posting Komentar